Tak Berkategori

WHAT WE SAY – SEKALA NISKALA

sekala poster

Director: Kamila Andini

Starring: Thaly Titi Kasih, Gus Sena, Ayu Laksmi, I Ketut Rina, Happy Salma

Score: 9/10

Pada tanggal 26 Februari lalu, film Sekala Niskala akhirnya pulang ke Indonesia setelah mencatat prestasi mengagumkan. Film ini menjadi film terbaik di Berlinale 2018, tepatnya di program Generation Kplus. Sekala Niskala mengharumkan nama bangsa karena menjadi film panjang pertama asal Indonesia yang mendapatkan gelar “Film Terbaik” di Berlinale – salah satu festival film terbesar, terpenting, dan paling prestisius di dunia. Untuk sutradara Kamila Andini sendiri, membuat Sekala Niskala adalah tentang pencarian jati diri. Setelah sukses lewat film sebelumnya yaitu The Mirror Never Lies, ia kembali ke akar. “Saya ingin menggambarkan manusia Indonesia, dan juga Asia, yang holistik”, ujarnya.

Maka dari itu, lahirlah film ini. Bali dipilih karena dianggap sebagai salah satu tempat di mana kita masih bisa merasakan unsur holistik di dalam kehidupan sehari-hari. “Sekala Niskala” adalah filosofi sakral yang dipercayai bahwa di dalam hidup itu ada keselarasan antara yang nyata dan yang tidak. Berangkat dari sini, Dini memulai ceritanya. Ia mengangkat kisah tentang “kembar buncing” (perempuan dan laki-laki) bernama Tantri dan Tantra. FYI, “kembar buncing” di sini berarti juga keseimbangan, layaknya Yin dan Yang. Suatu hari Tantri menyadari bahwa dia tidak memiliki banyak waktu dengan Tantra karena kondisi Tantra yang kian lemah. Keseimbangan pun goyah. Tantri harus menghadapi kenyataan bahwa ia akan menjalani hidup sendirian. Tantri terus terbangun di tengah malam dan bersama kembarannya itu, ia mengalami sebuah perjalanan magis dan relasi emosional melalui ekspresi tubuh; antara kenyataan dan imajinasi. Kehilangan dan harapan.

sekala 1

Film ini puitis sekali karena menyampaikan maksud secara tersirat, tepatnya dari apa yang penonton akan lihat. Mereka bertutur bukan lewat kata-kata, tapi lewat ragawi. Keputusan yang tepat karena pendekatan tersebut bisa memunculkan elemen magis yang pada akhirnya sukses membuat Sekala Niskala menjadi sebuah surealisme yang smart. Uniknya, meski lebih bernuansa kelam, film ini justru merayakan kehidupan. Kematian yang tampil di sini termasuk di dalamnya sehingga kita bisa melihat keterkaitan antara terganggunya keseimbangan “kembar buncing” tadi dengan tema holistik masyarakat Bali yang tercermin dari relasi kakak-beradik Tantra dan Tantri. Dini kemudian menerjemahkan hal tersebut lewat tarian-tarian, nyanyian, hingga pemanfaatan simbol yang pastinya mengandung makna tertentu.

Bagaimana film menampilkan “Niskala” harus diacungi jempol. Sebagai yang tidak tampak, kita bisa langsung masuk ke dalam dunia mereka secara halus. Tantra ditampilkan sudah tidak berdaya dan ketika hari mulai gelap, keajaiban pun terjadi. Tantri kembali bertemu kemudian bermain-main lagi dengan Tantra. Mereka berdua terlihat menikmati masa-masa bersama. Ini menjadi momen terindah sekaligus paling merinding dari film karena masing-masing bagian menonjolkan pesonanya. Ada yang mendalang dalam kesunyian, ada yang menari ayam-ayaman, ada yang ramai dengan penampakan, macam-macam lah. Kita tidak perlu menjadi orang Bali, atau orang yang mempelajari budaya Bali untuk turut serta dalam menikmati ini. Musik menjadi elemen penting berikutnya. Untuk memberikan soul dalam film, Yasuhiro Morinaga menggabungkan musik khas bali dengan sedikit sentuhan Asia Timur. Selain memperindah kesunyian, musik ini juga sejalan dengan visi sutradara yang ingin menggambarkan manusia Indonesia pada khususnya, dan Asia pada umumnya, yang sama-sama holistik.

sekala

Sekala Niskala diperankan oleh para seniman lokal, termasuk di antaranya adalah dua aktor cilik yaitu Thaly Kasih dan Gus Sena. Mereka melakukan debutnya di film panjang dengan memerankan dua karakter utama. Hebatnya, meski masih belia, Thaly dan Gus Sena tidak canggung. Mereka bisa menjadi pusat perhatian sekaligus membawa film ini dari awal sampai akhir. “Bertalenta” adalah kata yang tepat berkat kekuatan seni yang komplit. Mulai dari kemampuan akting, tari, sampai vokalnya, semua solid. Untuk urusan akting, Thaly lebih menonjol karena ia harus bermain dengan emosi yang lebih dalam sebagai Tantri. Hasil yang menggembirakan dari pengarahan yang baik oleh sutradara Kamila Andini dan koreografer Ida Ayu Wayan Arya Setyani.

Walaupun ceritanya sederhana sekali, bukan berarti film ini tidak bertaji. Sekala Niskala adalah seni pertunjukan yang kreatif guna menembus sanubari. Menampilkan hidup dan mati dalam cerita anak saja sudah menjadi dobrakan yang berani. Jadi, tidak salah kalau banyak penghargaan bergengsi yang menghampiri. Tonton filmnya di bioskop mulai tanggal 8 Maret nanti agar kita sama-sama menikmati energi positif ini.

@adam_sarga

Leave a comment