Tak Berkategori

WHAT WE SAY – A COPY OF MY MIND

copy 3

Director : Joko Anwar

Starring: Tara Basro, Chicco Jerikho, Ario Bayu, Paul Agusta, Maera Panigoro

Rating : 8/10

ACOMM: Ketika Joko Anwar Bermain-main di Genre Drama Romantis

A Copy of My Mind menjadi buah bibir di jagat media sosial. Banyak di antara netizen yang merasa penasaran dengan buah karya Joko Anwar yang berhasil meraih predikat film terbaik di Asian Project Market BIFF 2014 dan penasaran dengan akting Tara Basro yang membuahkan penghargaan piala FFI sebagai pemeran utama wanita terbaik. Benarkah filmnya sedahsyat yang diperbincangkan?

joko-anwar-130207c

Film-film buatan Joko Anwar tergolong film yang ditunggu-tunggu pecinta film Indonesia. Ada label tersendiri bagi film buatan sutradara asal Medan ini. Ada sesuatu yang selalu membuat calon penonton penasaran akan ide-ide filmnya yang dirasa tidak pasaran.

Kali ini Joko Anwar mencoba menyuguhkan sesuatu yang berbau politis dengan cara yang unik. Ya, dalam A Copy of My Mind ini konflik berbau politis dituangkan lewat sebuah drama romantis dengan benang merah kepingan-kepingan DVD film bajakan.

acomm 1

Adalah Sari (Tara Basro), seorang gadis yang bekerja sebagai terapis facial di Salon Yelo. Ia memiliki rutinitas untuk berbelanja DVD bajakan sepulang kerja dan ditontonnya sendirian di kamarnya.Namun akhir-akhir ini ia sering kesal karena terjemahan bahasa Indonesia dalam film DVD bajakan tersebut berantakan. Ia pun berniat protes ke penjualnya agar dapat diganti dengan DVD bajakan yang baru.

Di tempat lain ada pemuda bernama Alek (Chicco Jerikho) yang memiliki pekerjaan membuat subtitle bahasa Indonesia untuk DVD bajakan. Pekerjaannya ini termasuk ilegal sehingga ia kucing-kucingan dalam menyetorkan hasil pekerjaannya. Kedua insan ini kemudian bertemu di sebuah lapak DVD. Sari menumpahkan kekecewaannya kepada Alek terkait dengan terjemahan tersebut. Kesal tak ditanggapi oleh Alek dan pemilik toko, ia pun mencomot sebuah DVD. Perbuatannya itu ketahuan oleh Alek. Ia pun meminta maaf dengan memperbolehkan Sari meminjam DVD koleksinya.

Mereka semakin akrab dan menjadi sepasang kekasih. Sayangnya Sari yang telah berpindah tempat kerja kembali berbuat iseng. Ia mengambil sebuah kepingan DVD milik kliennya. Ketika film tersebut diputar, keduanya tahu ada sesuatu yang besar pada rekaman dalam DVD tersebut. Keduanya pun menjadi gelisah dan was-was akan terjadi sesuatu.

acomm 2

Harus saya akui Joko Anwar cerdik dalam membuat sebuah ide cerita dari sesuatu yang mudah dijumpai di kehidupan sehari-hari masyarakat Jakarta. Meskipun Jakarta merupakan kota megapolitan, sebagian warganya bekerja dengan sangat keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memilih hiburan murah meriah untuk penyeimbangnya. Bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah, hiburan murah meriah itu bisa berupa DVD-DVD bajakan yang memang harganya sangat jauh lebih murah dibandingkan ketika menonton film di bioskop. Tak heran apabila lapak DVD bajakan selalu eksis meskipun berkali-kali dirazia.

Di dalam A Copy of My Mind realita kehidupan masyarakat Jakarta berhasil dipotret dengan baik seperti kos-kosan padat penghuni yang minim fasilitas, angkutan umum yang sebenarnya kurang layak beroperasi, pasar tradisional yang terkesan kumuh, balap liar dan lapak DVD bajakan yang menjamur dan sulit diberantas. Inilah Jakarta di balik kegemerlapannya.

acomm 3

Pada film ACOMM ini drama percintaannya memang lebih menonjol sehingga membuat saya agak terheran-heran dengan garapan Joko Anwar yang melankolis kali ini. Cocok dengan waktu pemutarannya yang mendekati masa valentine. Romantisme di kalangan masyarakat awam yang jauh dari hingar-bingar kemewahan.

Tak kalah dengan porsi romansa yang begitu dominan di ACOMM, pengenalan dan penggalian karakter tiap-tiap tokoh juga digarap dengan baik. Cara pandang Sari dan Alek memang berbeda termasuk genre film favorit masing-masing, akan tetapi minat keduanya sama besarnya dengan film-film. Hubungan mereka terjalin erat berkat kepingan-kepingan DVD bajakan. Itulah yang menjadi landasan hubungan keduanya yang seolah tanpa syarat. Begitu juga minat Sari pada genre film tertentu yang membuatnya tergerak berbuat iseng tanpa memikirkan konsekuensinya. Mengapa film ini lebih cocok disebut drama romantis dengan sisipan politis dibandingkan drama politis? Karena pertarungan dua kubu presiden hanya sebagai latar di dua pertiga film. Baru pada sepertiga film konflik berbalut politis lebih berwarna meskipun juga tidak terlalu dieksploitasi.

Romansa ini begitu terasa mengalir dan natural berkat chemistry yang terjalin manis antara Tara Basro dan Chicco Jerikho. Saya melihat mereka seperti sepasang kekasih betulan dimana keduanya di awal saling menggoda dan kemudian menjadi saling membutuhkan.

acomm 4

Cuma tidak semua film sempurna. Ada beberapa catatan di film ini seperti beberapa pengambilan gambar yang bergerak dinamis dimana beberapa malah membuat mata penonton tidak nyaman. Iklan-iklan komersil yang bertaburan sehingga mengurangi keeleganan sebuah film dan pemain yang nampak tersenyum di depan kamera. Itu saja sih. Tapi selebihnya saya suka dengan kisahnya yang awam banget dan saya ingin melihat lagi pasangan Tara-Chicco di film-film berikutnya.

@dewi_puspa00

Leave a comment